24 April 2015

Japan Exploration #mupat789



Ini ada sedikit cerita manis dari pak Supri ketika di Jepang :)

Hari ini saya dengan sepuluh rombongan Kepala Sekolah Muhammadiyah se Indonesia melaksanakan “JAPAN Exploration” untuk hari terkahir sebelum besok pagi hari Selasa tanggal 21 April 2015 jam 05.00 Waktu Osaka Jepang menuju Kansai airport.

Tanpa sarapan pagi aktivitas kita Mulai jam 06.00 menuju “Namba Eki”. Mendapat tiket naik kerata api cepat (shinkansen) dari stasiun Osaka menuju Himeji. Kita mengalami kondisi yang sangat terburu buru karena waktu pembelian tiket dengan jadwal kereta Shinkansen (新幹線)hanya sekitar 10 menit . Kami berlari dengan melihat papan informasi menuju lantai 2 hanya selang 5 menit kereta Shinkansen (新幹線), Sakura datang. Tanpa melihat nomer gerbong kita ber sepuluh masuk gerbong ke 5. Setelah beberapa menit duduk baru tersadar bahwa tempat duduk sudah ada tandanya “reserved” kemudian kita berpindah ke gerbong ke 3.

Setelah kurang lebih 20 menit kita sudah tiba di “Himeji Eki”, sebuah stasiun subway yang terintegrasi antara local train dengan kereta Shinkansen (新幹線) dan juga bus stasiun. Himeji Castle Nampak megah menyambut wisatawan yang datang, namun karena hujan kunjungan yang harusnya kita lakukan dengan berjalan kaki dan menikmati keindahan pagi terpaksa kami menuju Himeji Castle dengan taksi.
Himeji Castle adalah castle ketiga dijepang yang dianggap sangat bersejarah. Sulit untuk menjelaskan bagaimana luas dan tertatanya kawasan ini. Hal yang perlu direnungkan sangat dalam adalah Himeji Castle dibangun dengan lantai 6 (bangunan Kayu Kuno) diatas batu batu besar sebagai pondasinya. Beruntung kita datang lebih awal karena setiap hari Himeji Castle hanya memberikan ijin 15.000 orang untuk masuk ke “main gate”. Kesigapan dan keramahan petugas sungguh luar biasa setelah diberi plastik untuk menaruh payung beberapa meter kemudian diberi plastik lagi untuk menaruh sepatu kita agar Himeji Castle tetap terjaga kebersihannya. Seluruh pengunjung membawa payung dan sepatu dengan tas plastik masing masing sehingga tidak ada yang mengotori atau menjadikan kayu atau karpet menjadi basah.
Kebiasaan berjalan dan bekerja keras orang jepang Nampak dari kunjungan kita ke Himeji Castle karena orang orang tua jepang yang umurnya kisaran 60 sd 75 tahun bahkan ada yang lebih masih sanggup berjalan ke lantai 6 dengan tangga naik dan turun yang sangat tajam. Renvana kita akan menikmati tempat ini seharian namun karena kondisi hujan akhirnya kita hanya sampai pukul 11.00.

Setelah menikmati keindahan Himeji castle kemudian kami melanjutkan perjalanan dari Himeji Eki menuju Kyoto Eki dengan kereta Shinkansen (新幹線) lagi. Shinkansen (新幹線) yang membawa kita dari Himeji Eki ke Kyoto Eki kali ini berbeda dengan Shinkansen (新幹線) waktu kita berangkat. Saat berangkat kita naik Shinkansen (新幹線) type “Sakura” kemudian saat pulang dari Himeji ke Kyoto menggunakan Shinkansen (新幹線) type “NOZOMI” dengan nomer Coach N700.
Di sepanjang jalan, pemandangan yang dilihat hampir sama kalau naik kereta api dari Jakarta ke Yogyakarta. Hanya dalam perjalanan dua puluh menit itu selalu terdengar pengumuman dalam dua bahasa yakni Jepang dan Inggris. Saat pemeriksaan tiket di dalam kereta, petugas dengan sangat sopan, mungkin terlalu sopan, menundukkan badan di pintu masuk. Kemudian dengan sangat sopan meminta tiket untuk ditandai. Setelah semua diperiksa dalam gerbong itu, petugasnya kembali ke depan menundukkan diri kepada seluruh penumpang.

Beberapa menit kemudian ada seorang pegawai kereta Shinkansen (新幹線) yang melewati lobby kereta yang sangat bersih,nyaman dengan kualitas wahid tersebut menawarkan food and beverage.
Perjalanan dari Himeji Eki ke Kyoto Eki kali ini lebih lama karena memang jaraknya cukup jauh jika ditempuh dengan “Local train” yakni 45 menit. Jika dengan ukuran rata rata hamper 300 km. Shinkansen (新幹線) memang disebut dengan Super Express Train. Bahkan announcer kereta Shinkansen (新幹線) ini selalu mengawali pengumumannya dengan “This is Shinkansen (新幹線) super Express train……… Shinkansen (新幹線, juga sering dipanggil kereta peluru) adalah jalur kereta api cepat Jepang yang dioperasikan oleh empat perusahaan dalam grup Japan Railways. Shinkansen merupakan sarana utama untuk angkutan antar kota di Jepang, selain pesawat terbang. Kecepatan tertingginya bisa mencapai 300 km/jam.

Sungguh luar biasa pengalaman yang diberikan Prof. Imam Robandi sang motivator kita hari ini. Sampai kenangan manis di “KYOTO TOWER” tidak kita bahas disaat ini karena kalah menggigitnya dengan the first time of dream comes true naik Shinkansen (新幹線)


 #mupat789

Karawitan Guru & Karyawan SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta #mupat789



Siswa dan siswi tentunya sudah pasti, namun yang sedikit menarik disini adalah bapak ibu guru dan karyawan ikut mencoba, berlatih, dan belajar memainkan alat musik tradisional khas Jawa yaitu Gamelan.

Seperti menanggung dosa besar apabila sebuah mahakarya nan adiluhung yang diwariskan oleh nenek moyang kita sendiri tidak ada yang melestarikan. Ketika bangsa barat mengagung-agungkan oskestranya, berupa kesatuan dari berbagai alat musik kemudian di aransemen sedemikan rupa sehingga melahirkan musik nan apik, pada hakekatnya Gamelan juga sama bahkan lebih rumit, karena nada yang dimainkan tidak menggunakan notasi pada umumnya. Hebatnya lagi, pada setiap pementasan kesenian Karawitan tidak ada konduktor yang mengatur jalannya lagu layaknya orkestra, oleh karena itu setiap posisi instrumen yang dimainkan bertanggung jawab atas indah atau tidaknya harmoni yang tercipta.

Sebelumnya sabtu tapi kini bisa dititeni setiap kamis pagi, belum juga tuntas memparkirkan motor pada tempatnya, ketika bertemu sudah ditagih janji untuk hadir pada latihan rutin nanti siang selepas dzuhur. Pi nem pi, pi nem pi, lu ro lu ro, dengan fasih salah satu guru pamer melafalkan nada lagu yang nanti hendak dimainkan. Ada pula yang sedkit jengkel namun terus penasaran karena alat musik yang dipegangnya lebih sulit dari lainnya. Sementara, setelah lebih kurang dua bulan latihan berjalan, baru dua lagu yang berhasil didendangkan. Salah satunya adalah Gugur Gunung, yang liriknya sebagai berikut :

ayo ayo kanca kanca
ngayahi karnaying praja
kene kene kene kene
gugur gunung tandang gawe
sayuk sayuk rukun bebarengan ro kancane
lila lan legawa kanggo mulyaning negara
siji loro telu papat maju papat papat
diulang-ulangake mesthi enggal rampunge
holopis kontul baris holopis kontul baris

Terdengar ringan dan dinamis, namun mengandung makna yang begitu mendalam. Lagu tersebut dahulu sangat populer, namun kini sudah jarang terdengar, apalagi oleh kalangan anak muda yang lebih menggandrungi aliran musik modern seperti hip-hop, rock sampai jazz. Padahal apabila kita pahami, didalam syair “Gugur Gunung” tersebut tersirat makna yang tentang indahnya kebersamaan, semangat gotong royong, ajaran untuk ikhlas mengabdi dan nikmatnya kerukunan yang sudah jarang ditemui dalam kehidupan sehari-hari kita sekarang ini.

Dengan berkumpul bermain gamelan bersama rekan-rekan, yang sedikit banyak selalu diselingi canda tawa didalamnya, semua itu jelas mampu dan diakui tokcer sebagai salah satu metode untuk lebih menghangatkan kebersamaan sekaligus menepikan rasa lelah setelah sekian jam bekerja keras memberikan konsentrasi secara utuh untuk mengajar didalam kelas. Serasa meneguk segelas air setelah jauh berjalan di padang pasir, segar rasanya. Pak Joko selaku pelatih, tidak hanya melulu mengajarkan segala hal yang berkaitan dengan teknis bagaimana caranya memainkan alat musik gamelan dengan benar saja, namun ternyata banyak sekali pelajaran yang dapat kita ciduk dari dalamnya sumur filosofi tentang gamelan ini. Bahwasannya hidup adalah suatu harmoni, dimana setiap insan merupakan satu bagian dari kesatuan yang harus saling mengisi. Satu hal yang perlu di garis bawahi, untuk menciptakan suatu alunan musik yang mampu dan benar-benar mententramkan hati, bukan dengan saling meninggalkan dan saling unjuk skil siapa yang paling tinggi. Kita harus mencintai proses yang dijalani, kita patut menghargai setiap orang walau dengan sekecil apapun peran/ posisi yang ditempati. Karena dengan mencintai, hidup kita akan bergairah setiap hari. Karena dengan menghargai, kita menjadi tau betapa mahalnya sebuah harmoni.

Jangan sampai lagi kekayaan kebudayaan kita ini dicuri, karena kita berpikir bahwa lebih bangga dengan gelar negara maju dan berteknologi tinggi. Jangan sampai kita terlena, karena lebih sibuk membahas bagaimana caranya membuat kulit lebih putih, waktu kita seakan habis untuk mencari dimana tempat memancungkan hidung atau malah tersesat dalam dialog panjang nan ruwet tentang begitu hancurnya negri, tapi kita lupa bagaimana membangun dan mempertahankan kebudayaan agar tetap lestari.




Mari terus nguri-uri kabudayan Jawi :)) ‪#‎mupat789‬

7 April 2015

Manasik Haji SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta 2015



 
Ibadah haji merupakan ujung dari 5 rukun islam.  Empat rukun islam lainnya seperti syahadat, shalat, puasa, dan zakat sudah biasa kita lihat dan lakukan sehari-hari. Namun, khusus ibadah haji menjadi terasa spesial karena selain membutuhkan persiapan yang matang, tentu saja prosesi ibadah haji itu sendiri harus melalui tahapan-tahapan tertentu. Untuk dapat datang menjadi tamu Allah ke tanah suci Makkah dan melaksanakan ibadah haji pun tidak semua orang mampu dan berkesempatan hadir. Diperlukan kesiapan mental dan biaya yang tidak sedikit. Sambil kita terus berdoa dan berusaha untuk mampu menggenapkan ibadah kita tersebut, tidak ada salahnya apabila kita mulai dengan belajar dan mencari tahu segala informasi tentang ibadah haji.
 
Dalam rangka usaha mencicil sebelum menjadi haji yang betulan, SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta mengajak siswa-siswi kelas 9 untuk menambah pengetahuannya dengan melaksanakan manasik haji. 

Kegiatan ini dilaksanakan pada Kamis, 2 April 2015 yang lalu. Sejumlah siswa sedari pagi sudah heboh dengan menceritakan kepada teman-temannya tentang pencarian 70 batu kerikil sesuai yang ditentukan. Kemudian dari tas ransel yang ditenteng, terkesan persiapan yang matang karena nampak terisi penuh, bisa jadi perlengkapan manasik haji atau malah snack dan makanan yang siap dibagi. Ya walaupun selalu diselingi candaan, saat memulai dengan miqot seluruh siswa putra antusias berganti pakaian dengan memakai kain putih secara rapi. Hingga tepat pukul tujuh, sebelum berangkat seluruh siswa kelas 9 berkumpul di masjid untuk mendapatkan pengarahan terlebih dahulu dari para pendamping dan bapak kepala sekolah.

Masjidil Haram alias Asrama Haji Donohudan sudah menanti, setelah dua jam perjalanan akhirnya tiba juga dilokasi. Cuaca saat itu cerah sekali, Subhanallah semakin mengunci rindu saat memandang miniatur ka’bah yang gagah berdiri. Beberapa siswa bergegas berlari, sisanya sibuk membetulkan jubah ikrom pada posisi. Prosesi umrah segera dimulai, dengan sabar dan tekun para pembimbing menjelaskan tentang bagaimana caranya thawaf dan apa itu sa’i. Selesai berkeliling ka’bah sebanyak tujuh kali, perjalanan dilanjutkan menuju arofah untuk wuquf dan shalat jamak dzuhur-ashar yang secara runtut harus diikuti. Ketika bermalam di Musdalifah kembali pembimbing mengingatkan kepada para calon haji, “walaupun ini hanya berlatih tapi pastikan niatmu tulus agar seakan asli”. Sesuai instruksi, 70 butir kerikil diminta untuk segera disiapkan, mumpung masih di Musdalifah dipersilahkan bagi yang masih kurang atau lupa membawa diminta untuk melengkapi sendiri. Kemudian jama’ah menuju Jamarat, untuk jumrah aqobah melemparkan kerikil sebanyak 7 kali. Ini baru setengah dari seluruh prosesi, tahalul adalah tahapan selanjutnya yang memperbolehkan jamaa’ah untuk dapat mengenakan pakaian biasa kembali. Setelah jubah berganti, pembimbing mengajak menuju jamarat untuk melempar jumrah ulaa wusta dan aqobah. Selama tasriq yang berlangsung tiga hari, dilempar masing-masing tujuh kali, menghabiskan total batu kerikil yang masih tersisa sebanyak 63 kali. Masih belum selesai sampai disitu, jamaah kembali menuju Masjidil Haram untuk kembali thawaf. Kemudian sa’i menyusuri shofa dan marwa, dan dituntaskan dengan tahalul yang kedua, yaitu memotong 7 helai rambut sambil berdo’a agar seluruh rangkaian yang sudah dilalui mendapatkan Ridho-Nya.

Setelah sekian prosesi dijalani, tibalah pelaksanaan thawaf wada’ atau perpisahan untuk meminta ijin pamit. Berdoa dan terus berdoa agar kelak suatu saat terkabul mendapat panggilan berangkat ke tanah suci.