Ibadah haji merupakan
ujung dari 5 rukun islam. Empat rukun
islam lainnya seperti syahadat, shalat, puasa, dan zakat sudah biasa kita lihat
dan lakukan sehari-hari. Namun, khusus ibadah haji menjadi terasa spesial
karena selain membutuhkan persiapan yang matang, tentu saja prosesi ibadah haji
itu sendiri harus melalui tahapan-tahapan tertentu. Untuk dapat datang menjadi
tamu Allah ke tanah suci Makkah dan melaksanakan ibadah haji pun tidak semua
orang mampu dan berkesempatan hadir. Diperlukan kesiapan mental dan biaya yang
tidak sedikit. Sambil kita terus berdoa dan berusaha untuk mampu menggenapkan
ibadah kita tersebut, tidak ada salahnya apabila kita mulai dengan belajar dan
mencari tahu segala informasi tentang ibadah haji.
Dalam rangka
usaha mencicil sebelum menjadi haji yang betulan, SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta
mengajak siswa-siswi kelas 9 untuk menambah pengetahuannya dengan melaksanakan
manasik haji.
Kegiatan ini
dilaksanakan pada Kamis, 2 April 2015 yang lalu. Sejumlah siswa sedari pagi
sudah heboh dengan menceritakan kepada teman-temannya tentang pencarian 70 batu
kerikil sesuai yang ditentukan. Kemudian dari tas ransel yang ditenteng,
terkesan persiapan yang matang karena nampak terisi penuh, bisa jadi
perlengkapan manasik haji atau malah snack dan makanan yang siap dibagi. Ya
walaupun selalu diselingi candaan, saat memulai dengan miqot seluruh siswa
putra antusias berganti pakaian dengan memakai kain putih secara rapi. Hingga
tepat pukul tujuh, sebelum berangkat seluruh siswa kelas 9 berkumpul di masjid
untuk mendapatkan pengarahan terlebih dahulu dari para pendamping dan bapak
kepala sekolah.
Masjidil
Haram alias Asrama Haji Donohudan sudah menanti, setelah dua jam perjalanan
akhirnya tiba juga dilokasi. Cuaca saat itu cerah sekali, Subhanallah semakin
mengunci rindu saat memandang miniatur ka’bah yang gagah berdiri. Beberapa
siswa bergegas berlari, sisanya sibuk membetulkan jubah ikrom pada posisi.
Prosesi umrah segera dimulai, dengan sabar dan tekun para pembimbing
menjelaskan tentang bagaimana caranya thawaf dan apa itu sa’i. Selesai
berkeliling ka’bah sebanyak tujuh kali, perjalanan dilanjutkan menuju arofah
untuk wuquf dan shalat jamak dzuhur-ashar yang secara runtut harus diikuti. Ketika
bermalam di Musdalifah kembali pembimbing mengingatkan kepada para calon haji, “walaupun
ini hanya berlatih tapi pastikan niatmu tulus agar seakan asli”. Sesuai
instruksi, 70 butir kerikil diminta untuk segera disiapkan, mumpung masih di
Musdalifah dipersilahkan bagi yang masih kurang atau lupa membawa diminta untuk
melengkapi sendiri. Kemudian jama’ah menuju Jamarat, untuk jumrah aqobah
melemparkan kerikil sebanyak 7 kali. Ini baru setengah dari seluruh prosesi,
tahalul adalah tahapan selanjutnya yang memperbolehkan jamaa’ah untuk dapat
mengenakan pakaian biasa kembali. Setelah jubah berganti, pembimbing mengajak
menuju jamarat untuk melempar jumrah ulaa wusta dan aqobah. Selama tasriq yang
berlangsung tiga hari, dilempar masing-masing tujuh kali, menghabiskan total
batu kerikil yang masih tersisa sebanyak 63 kali. Masih belum selesai sampai
disitu, jamaah kembali menuju Masjidil Haram untuk kembali thawaf. Kemudian
sa’i menyusuri shofa dan marwa, dan dituntaskan dengan tahalul yang kedua,
yaitu memotong 7 helai rambut sambil berdo’a agar seluruh rangkaian yang sudah
dilalui mendapatkan Ridho-Nya.
Setelah sekian
prosesi dijalani, tibalah pelaksanaan thawaf wada’ atau perpisahan untuk
meminta ijin pamit. Berdoa dan terus berdoa agar kelak suatu saat terkabul
mendapat panggilan berangkat ke tanah suci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar