7 April 2015

Manasik Haji SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta 2015



 
Ibadah haji merupakan ujung dari 5 rukun islam.  Empat rukun islam lainnya seperti syahadat, shalat, puasa, dan zakat sudah biasa kita lihat dan lakukan sehari-hari. Namun, khusus ibadah haji menjadi terasa spesial karena selain membutuhkan persiapan yang matang, tentu saja prosesi ibadah haji itu sendiri harus melalui tahapan-tahapan tertentu. Untuk dapat datang menjadi tamu Allah ke tanah suci Makkah dan melaksanakan ibadah haji pun tidak semua orang mampu dan berkesempatan hadir. Diperlukan kesiapan mental dan biaya yang tidak sedikit. Sambil kita terus berdoa dan berusaha untuk mampu menggenapkan ibadah kita tersebut, tidak ada salahnya apabila kita mulai dengan belajar dan mencari tahu segala informasi tentang ibadah haji.
 
Dalam rangka usaha mencicil sebelum menjadi haji yang betulan, SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta mengajak siswa-siswi kelas 9 untuk menambah pengetahuannya dengan melaksanakan manasik haji. 

Kegiatan ini dilaksanakan pada Kamis, 2 April 2015 yang lalu. Sejumlah siswa sedari pagi sudah heboh dengan menceritakan kepada teman-temannya tentang pencarian 70 batu kerikil sesuai yang ditentukan. Kemudian dari tas ransel yang ditenteng, terkesan persiapan yang matang karena nampak terisi penuh, bisa jadi perlengkapan manasik haji atau malah snack dan makanan yang siap dibagi. Ya walaupun selalu diselingi candaan, saat memulai dengan miqot seluruh siswa putra antusias berganti pakaian dengan memakai kain putih secara rapi. Hingga tepat pukul tujuh, sebelum berangkat seluruh siswa kelas 9 berkumpul di masjid untuk mendapatkan pengarahan terlebih dahulu dari para pendamping dan bapak kepala sekolah.

Masjidil Haram alias Asrama Haji Donohudan sudah menanti, setelah dua jam perjalanan akhirnya tiba juga dilokasi. Cuaca saat itu cerah sekali, Subhanallah semakin mengunci rindu saat memandang miniatur ka’bah yang gagah berdiri. Beberapa siswa bergegas berlari, sisanya sibuk membetulkan jubah ikrom pada posisi. Prosesi umrah segera dimulai, dengan sabar dan tekun para pembimbing menjelaskan tentang bagaimana caranya thawaf dan apa itu sa’i. Selesai berkeliling ka’bah sebanyak tujuh kali, perjalanan dilanjutkan menuju arofah untuk wuquf dan shalat jamak dzuhur-ashar yang secara runtut harus diikuti. Ketika bermalam di Musdalifah kembali pembimbing mengingatkan kepada para calon haji, “walaupun ini hanya berlatih tapi pastikan niatmu tulus agar seakan asli”. Sesuai instruksi, 70 butir kerikil diminta untuk segera disiapkan, mumpung masih di Musdalifah dipersilahkan bagi yang masih kurang atau lupa membawa diminta untuk melengkapi sendiri. Kemudian jama’ah menuju Jamarat, untuk jumrah aqobah melemparkan kerikil sebanyak 7 kali. Ini baru setengah dari seluruh prosesi, tahalul adalah tahapan selanjutnya yang memperbolehkan jamaa’ah untuk dapat mengenakan pakaian biasa kembali. Setelah jubah berganti, pembimbing mengajak menuju jamarat untuk melempar jumrah ulaa wusta dan aqobah. Selama tasriq yang berlangsung tiga hari, dilempar masing-masing tujuh kali, menghabiskan total batu kerikil yang masih tersisa sebanyak 63 kali. Masih belum selesai sampai disitu, jamaah kembali menuju Masjidil Haram untuk kembali thawaf. Kemudian sa’i menyusuri shofa dan marwa, dan dituntaskan dengan tahalul yang kedua, yaitu memotong 7 helai rambut sambil berdo’a agar seluruh rangkaian yang sudah dilalui mendapatkan Ridho-Nya.

Setelah sekian prosesi dijalani, tibalah pelaksanaan thawaf wada’ atau perpisahan untuk meminta ijin pamit. Berdoa dan terus berdoa agar kelak suatu saat terkabul mendapat panggilan berangkat ke tanah suci.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar