24 April 2015

Karawitan Guru & Karyawan SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta #mupat789



Siswa dan siswi tentunya sudah pasti, namun yang sedikit menarik disini adalah bapak ibu guru dan karyawan ikut mencoba, berlatih, dan belajar memainkan alat musik tradisional khas Jawa yaitu Gamelan.

Seperti menanggung dosa besar apabila sebuah mahakarya nan adiluhung yang diwariskan oleh nenek moyang kita sendiri tidak ada yang melestarikan. Ketika bangsa barat mengagung-agungkan oskestranya, berupa kesatuan dari berbagai alat musik kemudian di aransemen sedemikan rupa sehingga melahirkan musik nan apik, pada hakekatnya Gamelan juga sama bahkan lebih rumit, karena nada yang dimainkan tidak menggunakan notasi pada umumnya. Hebatnya lagi, pada setiap pementasan kesenian Karawitan tidak ada konduktor yang mengatur jalannya lagu layaknya orkestra, oleh karena itu setiap posisi instrumen yang dimainkan bertanggung jawab atas indah atau tidaknya harmoni yang tercipta.

Sebelumnya sabtu tapi kini bisa dititeni setiap kamis pagi, belum juga tuntas memparkirkan motor pada tempatnya, ketika bertemu sudah ditagih janji untuk hadir pada latihan rutin nanti siang selepas dzuhur. Pi nem pi, pi nem pi, lu ro lu ro, dengan fasih salah satu guru pamer melafalkan nada lagu yang nanti hendak dimainkan. Ada pula yang sedkit jengkel namun terus penasaran karena alat musik yang dipegangnya lebih sulit dari lainnya. Sementara, setelah lebih kurang dua bulan latihan berjalan, baru dua lagu yang berhasil didendangkan. Salah satunya adalah Gugur Gunung, yang liriknya sebagai berikut :

ayo ayo kanca kanca
ngayahi karnaying praja
kene kene kene kene
gugur gunung tandang gawe
sayuk sayuk rukun bebarengan ro kancane
lila lan legawa kanggo mulyaning negara
siji loro telu papat maju papat papat
diulang-ulangake mesthi enggal rampunge
holopis kontul baris holopis kontul baris

Terdengar ringan dan dinamis, namun mengandung makna yang begitu mendalam. Lagu tersebut dahulu sangat populer, namun kini sudah jarang terdengar, apalagi oleh kalangan anak muda yang lebih menggandrungi aliran musik modern seperti hip-hop, rock sampai jazz. Padahal apabila kita pahami, didalam syair “Gugur Gunung” tersebut tersirat makna yang tentang indahnya kebersamaan, semangat gotong royong, ajaran untuk ikhlas mengabdi dan nikmatnya kerukunan yang sudah jarang ditemui dalam kehidupan sehari-hari kita sekarang ini.

Dengan berkumpul bermain gamelan bersama rekan-rekan, yang sedikit banyak selalu diselingi canda tawa didalamnya, semua itu jelas mampu dan diakui tokcer sebagai salah satu metode untuk lebih menghangatkan kebersamaan sekaligus menepikan rasa lelah setelah sekian jam bekerja keras memberikan konsentrasi secara utuh untuk mengajar didalam kelas. Serasa meneguk segelas air setelah jauh berjalan di padang pasir, segar rasanya. Pak Joko selaku pelatih, tidak hanya melulu mengajarkan segala hal yang berkaitan dengan teknis bagaimana caranya memainkan alat musik gamelan dengan benar saja, namun ternyata banyak sekali pelajaran yang dapat kita ciduk dari dalamnya sumur filosofi tentang gamelan ini. Bahwasannya hidup adalah suatu harmoni, dimana setiap insan merupakan satu bagian dari kesatuan yang harus saling mengisi. Satu hal yang perlu di garis bawahi, untuk menciptakan suatu alunan musik yang mampu dan benar-benar mententramkan hati, bukan dengan saling meninggalkan dan saling unjuk skil siapa yang paling tinggi. Kita harus mencintai proses yang dijalani, kita patut menghargai setiap orang walau dengan sekecil apapun peran/ posisi yang ditempati. Karena dengan mencintai, hidup kita akan bergairah setiap hari. Karena dengan menghargai, kita menjadi tau betapa mahalnya sebuah harmoni.

Jangan sampai lagi kekayaan kebudayaan kita ini dicuri, karena kita berpikir bahwa lebih bangga dengan gelar negara maju dan berteknologi tinggi. Jangan sampai kita terlena, karena lebih sibuk membahas bagaimana caranya membuat kulit lebih putih, waktu kita seakan habis untuk mencari dimana tempat memancungkan hidung atau malah tersesat dalam dialog panjang nan ruwet tentang begitu hancurnya negri, tapi kita lupa bagaimana membangun dan mempertahankan kebudayaan agar tetap lestari.




Mari terus nguri-uri kabudayan Jawi :)) ‪#‎mupat789‬

Tidak ada komentar:

Posting Komentar